Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif
Tinjauan Umum Model Pembelajaran Kooperatif
Blog ptk dan model pembelajaran kali ini akan membahas jenis-jenis
model pembelajaran kooperatif apa saja yang dapat digunakan di kelas.
Banyak guru tertarik untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif dikelasnya
karena banyaknya kelebihan yang dimiki model pembelajaran kooperatif ini,
misalnya meningkatkan
motivasi belajar siswa.
Sebelum masuk ke bagian utama yaitu tentang jenis-jenis model pembelajaran
kooperatif, ada baiknya kita kembali membaca kilasan
singkat tentang model pembelajaran kooperatif ini. Model pembelajaran kooperatif
adalah suatu model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya mengedepankan pemanfaatan
kelompok-kelompok siswa. Prinsip yang harus dipegang teguh dalam kaitan dengan
kelompok kooperatif adalah setiap siswa yang ada dalam suatu kelompok harus
mempunyai tingkat kemampuan yang heterogen (tinggi, sedang dan rendah) dan bila
perlu mereka harus berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
mempertimbangkan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif bertumpu pada
kooperasi (kerjasama) saat menyelesaikan permasalahan belajar yaitu dengan
menerapkan pengetahuan dan keterampilan sehingga tujuan pembelajaran dapat
dicapai. Sebuah model pembelajaran dicirikan oleh adanya struktur tugas
belajar, struktur tujuan pembelajaran dan struktur penghargaan (reward).
Dalam kaitan dengan model pembelajaran kooperatif, maka tentu saja struktur
tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran ini
tidak sama dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan
model pembelajaran yang lain.
Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif yang Dapat
Diterapkan Guru
Berikut ini daftar beberapa model
pembelajaran kooperatif yang efektif:
TAI (Team Assisted Individualization atau Team
Accelerated Instruction)
Tipe model pembelajaran kooperatif
yang satu ini sebenarnya adalah penggabungan dari pembelajaran kooperatif
dengan pembelajaran individual. Pada model
pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa mengikuti tingkatan yang bersifat individual
berdasarkan tes penempatan, dan kemudian dapat maju ke tahapan selanjutnya
berdasarkan tingkat kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota kelompok
sebenarnya belajar unit-unit materi pelajaran yang berbeda. Rekan sekelompok
akan memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan memberikan bantuan
jika diperlukan. Tes kemudian diberikan diakhir unit tanpa bantuan teman
sekelompoknya dan diberikan skor. Lalu setiap minggu guru akan menjumlahkan
total unit materi yang diselesaikan suatu kelompok dan memberikan sertifikat
atau penghargaan bila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan,
dan beberapa poin tambahan untuk kelompok yang anggotanya mendapat nilai
sempurna. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini adalah karena
siswa bertanggungjawab untuk memeriksa pekerjaan rekannya yang lain, maka guru
mempunyai waktu yang lebih banyak untuk membantu kelompok-kelompok kecil yang
menemuai banyak hambatan dalam belajar yang merupakan kumpulan dari
anggota-anggota kelompok yang berada pada tingkatan unit materi pelajaran yang
sama. Banyak penelitian melaporkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe TAI ini sangat efektif untuk digunakan dalam
pembelajaran.
STAD (Student Teams Achievement Division)
Pada model pembelajaran kooperatif
tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian
seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran. Siswa kemudian diberikan
tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada model
pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara individual, siswa
tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dan prestasi timnya.
Bila pertama kali digunakan di kelas anda, maka ada baiknya guru terlebih
dahulu memperkenalkan
model pembelajaran kooperatif STAD ini kepada siswa.
Round Table atau Rally Table
Untuk menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Round table atau Rally Table ini guru dapat memberikan sebuah
kategori tertentu kepada siswa (misalnya kata-kata yang dimulai dengan huruf
“s”). Selanjutnya mintalah siswa bergantian menuliskan satu kata secara
bergiliran.
Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan
diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan
kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins
(Arends, 2001). Tujuan diciptakannya tipe model pembelajaran kooperatif Jigsaw
ini adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap belajarnya
sendiri dan juga belajar anggota kelompoknya yang lain. Mereka diminta
mempelajari materi yang akan menjadi tanggungjawabnya, karena selain untuk
dirinya, ia juga harus mengajarkan materi itu kepada anggota kelompoknya yang
lain. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini ketergantungan antara
siswa sangat tinggi. Setiap siswa dalam model pembelajaran kooperatif ini
adalah anggota dari dua kelompok, yaitu (1) kelompok asal (home group) dan (2)
kelompok ahli (expert group). Kelompok asal dibentuk dengan anggota yang
heterogen. Di kelompok asal ini mereka akan membagi tugas untuk mempelajari
suatu topik. Setelah semua anggota kelompok asal memperoleh tugas
masing-masing, mereka akan meninggalkan kelompok asal untuk membentuk kelompok
ahli. Kelompok ahli adalah kelompok yang terbentuk dari anggota-anggota
kelompok yang mempunyai tugas mempelajari sebuah topik yang sama (berdasarkan
kesepakatan mereka di kelompok asal). Setelah mempelajari topik tersebut di
kelompok ahli, mereka akan kembali ke kelompok asal mereka masing-masing dan
saling mengajarkan topik yang menjadi tanggungjawab mereka ke anggota kelompok
lainnya secara bergantian.
Guru perlu memahami bagaimana model pembelajaran Jigsaw ini dilaksanakan, begitu juga siswa
Guru perlu memahami bagaimana model pembelajaran Jigsaw ini dilaksanakan, begitu juga siswa
Tim Jigsaw
Untuk menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, tugaskan setiap siswa pada setiap kelompok untuk
mempelajari seperempat halaman dari bacaan atau teks pada mata pelajaran apa
saja (misalnya IPS), atau seperempat bagian dari sebuah topik yang harus mereka
pelajari atau ingat. Setelah setiap siswa tadi menyelesaikan pembelajarannya
dan kemudian saling mengajarkan (menjelaskan) tentang materi yang menjadi
tugasnya atau saling bekerjasama untuk membentuk sebuah kesatuan materi yang
utuh saat mereka menyelesaikan sebuah tugas atau teka-teki.
Jigsaw II
Tipe model pembelajaran kooperatif
yang satu ini adalah modifikasi dari tipe Jigsaw. Jigsaw II dikembangkan oleh
Robert Slavin pada tahun 1980 di mana semua anggota kelompok asal mempelajari
satu topik yang sama, hanya saja masing-masing anggota difokuskan untuk
mendalami bagian-bagian tertentu dari topik itu. Setiap anggota kelompok asal
harus menjadi ahli dalam bagian topik yang mereka dalami. Seperti Jigsaw, di
tipe Jigsaw II ini mereka juga harus mengajarkan keahliannya pada anggota
kelompok asalnya yang lain secara bergantian.
Reverse Jigsaw (Kebalikan Jigsaw)
Tipe model pembelajaran kooperatif
ini dikembangkan oleh Timothy Hedeen (2003). Perbedaanya dengan tipe Jigsaw
adalah, bila pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw anggota kelompok
ahli hanya mengajarkan keahliannya kepada anggota kelompok asal, maka pada
model pembelajaran kooperatif reverse jigsaw ini, siswa-siswa dari kelompok
ahli mengajarkan keahlian mereka (materi yang mereka pelajari atau dalami)
kepada seluruh kelas.
NHT (Numbered Heads Together) – Kepala Bernomor
Bersama
Pada modelpembelajaran kooperatif
tipe NHT, minta siswa untuk menomori diri mereka masing dalam kelompoknya mulai
dari 1 hingga 4. Ajukan sebuah pertanyaan dan beri batasan waktu tertentu untuk
menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jika bisa menjawa pertanyaan guru
tersebut. Guru menyebut suatu angka (antara 1 sampai 4) dan meminta seluruh
siswa dari semua kelompok dengan nomor tersebut menjawab pertanyaan tadi. Guru
menandai siswa-siswa yang menjawab benar dan memperkaya pemahaman siswa tentang
jawaban pertanyaan itu melalui diskusi.
TGT (Team Game Tournament)
Model pembelajaran kooperatif tipe
TGT mirip dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya
pada kuis yang digantikan dengan turnamen mingguan (Slavin, 1994). Pada model
pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling berkompetisi dengan siswa dari
kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi kelompoknya. Suatu
prosedur tertentu digunakan untuk membuat permainan atau turnamen berjalan
secara adil. Penelitian
menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT terbukti efektif
meningkatkan hasil belajar siswa.
Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah)
Pada model pembelajaran kooperatif
tipe three-step interview (disebut juga three problem-solving) dilakukan
3 langkah untuk memecahkan masalah. Pada langkah pertama guru menyampaikan isu
yang dapat memunculkan beragam opini, kemudian mengajukan beberapa
pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas. Langkah kedua, siswa
secara berpasangan bermain peran sebagai pewawancara dan orang yang
diwawancarai. Kemudian, di langkah yang ketiga, setelah wawancara pertama
dilakukan maka pasangan bertukar peran: pewawancara berperan sebagai orang yang
diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi mewawancarai menjadi orang yang
diwawancarai. Setelah semua pasangan telah bertukar peran, selanjutnya setiap
pasangan dapat membagikan atau mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada
seluruh kelas secara bergiliran. Tipe model pembelajaran kooperatif ini (three-step
interview) ini efektif untuk mengajarkan siswa problem solving
(pemecahan masalah).
Three-Minute Review (Reviu Tiga Langkah)
Model pembelajaran kooperatif tipe
three-step review efektif untuk digunakan saat guru berhenti pada saat-saat
tertentu selama sebuah diskusi atau presentasi berlangsung, dan mengajak siswa
mereviu apa yang telah mereka ungkapkan saat diskusi di dalam kelompok mereka.
Siswa-siswa dalam kelompok-kelompok itu dapat bertanya untuk mengklarifikasi
kepada anggota lainnya atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari anggota lain.
Misalnya setelah diskusi tentang proses-proses kompleks yang terjadi di dalam
tubuh manusia misalnya pencernaan makanan, siswa dapat membentuk
kelompok-kelompok dan mereviu proses diskusi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
untuk mengklarifikasi.
GI (Group Investigasi)
Model pembelajaran kooperatif tipe
group investigasi telah banyak dibahas pada blog ptk dan model pembelajaran
ini. Silakan baca tentang model pembelajaran kooperatif group investigasi:
- Tinjauan tentang model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigasi
- Efektivitas kelompok kooperatif pada tipe GI ini juga perlu untuk dievaluasi
- Evaluasi proses inkuiri yang dilakukan siswa saat model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi
- Sintaks model pembelajaran kooperatif tipe GI
- langkah-langkah desain model dan implementasinya di kelas
Go Around (Berputar)
Model pembelajaran kooperatif tipe go
around sebenarnya adalah variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe
group investigasi. Baca lebih lanjut tentang langkah-langkah
pembelajaran model pembelajaran kooperatif Go Around
Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal Balik)
Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal
teaching (pengajaran timbal balik) dikembangkan oleh Brown & Paliscar
(1982). Pengajaran timbal balik atau reciprocal teaching ini juga
merupakan sebuah model pembelajaran kooperatif yang meminta siswa untuk
membentuk pasangan-pasangan saat berpartisipasi dalam sebuah dialog (percakapan
atau diskusi) mengenai sebuah teks (bahan bacaan). Setiap anggota pasangan
akanbergantian membaca teks dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, menerima dan
memperoleh umpan balik (feedback). Model pembelajaran tipe reciprocal
teaching ini memungkinkan siswa untuk melatih dan menggunakan teknik-teknik
metakognitif seperti mengklarifikasi, bertanya, memprediksi, dan menyimpulkan.
Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching ini dikembangkan atas
dasar bahwa siswa dapat belajar secara efektif dari siswa lainnya. Baca artikel
yang lebih rinci tentang model
pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran timbal
balik).
CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition)
Model pembelajaran kooperatif tipe
CIRC (cooperative integrated reading composition) adalah sebuah model
pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mengembangkan kemampuan membaca,
menulis, dan keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya baik pada jenjang
pendidikan tinggi maupun jenjang dasar. Pada tipe model pembelajaran kooperatif
yang satu ini siswa tidak hanya mendapat kesempatan belajar melalui presentasi
langsung oleh guru tentang keterampilan membaca dan menulis, tetapi juga teknik
menulis sebuah komposisi (naskah). CIRC dikembangkan untuk menyokong pendekatan
pembelajaran tradisional pada mata pelajaran bahasa yang disebut “kelompok
membaca berbasis keterampilan”. Pada model pembelajaran CIRC ini siswa
berpasang-pasangan di dalam kelompoknya. Ketika guru sedang membantu sebuah
kelompok-membaca (reading group), pasangan-pasangan saling mengajari satu sama
lain bagaimana “membaca-bermakna” dan keterampilan menulis melalui teknik
reciprocal (timbal balik). Mereka diminta untuk saling bantu untuk menunjukkan
aktivitas pengembangan keterampilan dasar berbahasa (misalnya membaca bersuara
(oral reading), menebak konteks bacaan, mengemukakan pertanyaan terkait bacaan,
menyimpulkan, meringkas, menulis sebuah komposisi berdasarkan sebuah cerita,
hingga merevisi sebuah komposisi). Setelah itu, buku kumpulan komposisi hasil
kelompok dipublikasikan pada akhir proses pembelajaran. Semua kelompok (tim)
kemudian diberikan penghargaan atas upaya mereka dalam belajar dan
menyelesaikan tugas membaca dan menulis.
The Williams
Tipe model pembelajaran kooperatif
The Williams mengajak siswa melakukan kolaborasi untuk menjawab sebuah
pertanyaan besar yang merupakan sebuah tujuan pembelajaran. Pada model
pembelajaran ini siswa dikelompok-kelompoknya secara heterogen seperti pada
tipe STAD. Kemudian setiap kelompok diberikan pertanyaan yang berbeda-beda
dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif yang memungkinkan siswa
dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran kooperatif tipe
TPS (think pairs share) mulanya dikembangkan oleh Frank T. Lyman (1981).
Tipe model pembelajaran kooperatif ini memungkinkan setiap anggota pasangan
siswa untuk berkontemplasi terhadap sebuah pertanyaan yang diajukan. Setelah
diberikan waktu yang cukup mereka selanjutnya diminta untuk mendiskusikan apa
yang telah mereka pikirkan tadi (hasil kontemplasi) dengan pasangannya
masing-masing. Setelah diskusi dengan pasangan selesai, guru kemudian
mengumpulkan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan
tersebut dari seluruh kelas.
TPC (Think Pairs Check)
Model pembelajaran kooperatif tipe
think pairs-check adalah modifikasi dari tipe think pairs share, di
mana penekanan pembelajaran ada pada saat mereka diminta untuk saling cek
jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan guru saat berada dalam pasangan.
TPW (Think Pairs Write)
Tipe model pembelajaran kooperatif
TPW (Think Pairs Write) juga merupakan variasi dari model pembelajaran
kooperatif tipe TPS (Think Pairs Share). Penekanan model pembelajaran
kooperatif tipe ini adalah setelah mereka berpasangan, mereka diminta untuk
menuliskan jawaban atau tanggapan terhadappertanyaan yang telah diberikan oleh
guru. Model pembelajaran kooperatif tipe TPW ini sangat cocok untuk pelajaran
menulis.
Tea Party (Pesta Minum Teh)
Pada model pembelajaran kooperatif
tipe tea party, siswa membentuk dua lingkaran konsentris atau dua barisan di
mana siswa saling berhadapan satu sama lain. Guru mengajukan sebuah pertanyaan
(pada bidang mata pelajaran apa saja) dan kemudian siswa mendiskusikan
jawabannya dengan siswa yang berhadapanan dengannya. Setelah satu menit, baris
terluar atau lingkaran terluar bergerak searah jarum jamsehingga akan
berhadapan dengan pasangan yang baru. Guru kemudian mengajukan pertanyaan kedua
untuk mereka diskusikan. Langkah-langkah seperti ini terus dilanjutkan hingga
guru selesai mengajukan 5 atau lebih pertanyaan untuk didiskusikan. Untuk
sedikit variasi dapat pula siswa diminta menuliskan pertanyaan-pertanyaan
pada kartu-kartu untuk catatan nanti bila diadakan tes.
Write Around (Menulis Berputar)
Model pembelajaran kooperatif tipe write
around ini cocok digunakan untuk menulis kreatif atau untuk menulis
simpulan. Pertama-tama guru memberikan sebuah kalimat pembuka (contohnya: Bila
kamu akan berulang tahun, maka kamu akan meminta hadiah berupa...). Mintalah
semua siswa dalam setiap kelompok untuk menyelesaikan kalimat tersebut.
Selanjutnya mereka ia menyerahkan kertas berisi tulisannya tersebut ke sebelah
kanan, dan membaca kertas lain yang mereka terima setelah diserahkan oleh
kelompok lain, kemudian menambahkan satu kalimat lagi. Setelah beberapa kali
putaran, maka akan diperoleh 4 buah cerita atau tulisan (bila di kelas dibentuk
4 kelompok). Selanjutnya beri waktu bagi mereka untuk membuat sebuah kesimpulan
dan atau mengedit bagian-bagian tertentu, kemudian membagi cerita atau simpulan
itu dengan seluruh kelas. Write around adalah modifikasi dari model
pembelajaran kooperatif go around.
Round Robin Brainstorming atau Rally Robin
Contoh pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif Round Robin Brainstorming misalnya : berikan sebuah kategori
(misalnya “nama-nama sungai di Indonesia) untuk didiskusikan. Mintalah siswa
bergantian untuk menyebutkan item-item yang termasuk ke dalam kategori
tersebut.
LT (Learnig Together)
Orang yang pertama kali
mengembangkan jenis model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together
(Belajar Bersama) ini adalah David johnson dan Roger Johnson di Universitas
Minnesota pada tahun 1999. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together,
siswa dibentuk oleh 4 – 5 orang siswa yang heterogen untuk mengerjakan sebuah
lembar tugas. Setiap kelompok hanya diberikan satu lembar kerja. Mereka
kemudian diberikan pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.
Pada model pembelajaran Kooperatif dengan variasi seperti Learning Together
ini, setiap kelompok diarahkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk
membangun kekompakan kelompok terlebih dahulu dan diskusi tentang bagaimana
sebaiknya mereka bekerjasama dalam kelompok.
Student Team Learning (STL - Kelompok Belajar Siswa)
Model pembelajaran kooperatif tipe student
team learning ini dikembangkan di John Hopkins University – Amerika
Serikat. Lebih dari separuh penelitian tentang pembelajaran kooperatif di sana
menggunakan student team learning. Pada dasarnya model pembelajaran
kooperatif yang satu ini sama saja dengan model pembelajaran kooperatif yang
lain yaitu adanya ide dasar bahwa siswa harus bekerjasama dan turut
bertanggungjawab terhadap pembelajaran siswa lainnya yang merupakan anggota
kelompoknya. Pada tipe STL ini penekanannya adalah bahwa setiap kelompok harus
belajar sebagai sebuah tim. Ada 3 konsep sentral pada model pembelajaran
kooperatif tipe STL ini, yaitu: (1) penghargaan terhadap kelompok; (2)
akuntabilitas individual; (3) kesempatan yang sama untuk memperoleh kesuksesan.
Pada sebuah kelas yang menerapkan model pembelajaran ini, setiap kelompok dapat
memperoleh penghargaan apabila mereka berhasil melampaui ktiteria yang telah
ditetapkan sebelumnya. Akuntabilitas individual bermakna bahwa kesuksesan
sebuah kelompok bergantung pada pembelajaran yang dilakukan oleh setiap
individu anggotanya. Pada model pembelajaran tipe STL, setiap siswa baik dari
kelompok atas, menengah, atau bawah dapat memberikan kontribusi yang sama bagi
kesuksesan kelompoknya, karena skor mereka dihitung berdasarkan skor
peningkatan dari pembelajaran mereka sebelumnya.
Two Stay Two Stray
Model pembelajaran
kooperatif two stay two stray ini sebenarnya dapat dibuat variasinya, yaitu berkaitan
dengan jumlah siswa yang tinggal di kelompoknya dan yang berpencar ke kelompok
lain. Misalnya: (1) one stay three stray (satu tinggal tiga
berpencar); dan (2) three stay one stray (tiga tinggal satu
berpencar). Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray
dikembangkan pertama kali oleh Spencer Kagan (1990). Dengan struktur
kelompok kooperatif seperti tipe two stay two stray ini dapat memberikan
kesempatan kepada tiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan
kelompok-kelompok lain.
Demikian pembahasan mengenai tipe-tipe model pembelajaran kooperatif. Pada artikel selanjutnya, blog ptk dan model pembelajaran akan menguraikan lebih detail mengenai beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang belum diulas pada artikel-artikel sebelumnya. Sampai jumpa.
Demikian pembahasan mengenai tipe-tipe model pembelajaran kooperatif. Pada artikel selanjutnya, blog ptk dan model pembelajaran akan menguraikan lebih detail mengenai beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang belum diulas pada artikel-artikel sebelumnya. Sampai jumpa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar